Senin, 06 Mei 2013

Mendekatlah...

Ketika manusia mendekat berjalan, Alloh berlari...


Alhamdulillah masih bisa ngepost tulisan baru.

Masih ingat tulisan saya tentang games sedekah?

Oke, saya review sedikit.

Games sedekah yang saya maksud adalah meng-infaq-kan sejumlah uang, yang apabila balik minimal 10 kali lipat, harus saya keluarkan lagi.

Saat itu saya memulai dari angka 500 rupiah. Kemudian saya mendapat 5.000 rupiah. Maka, 5.000 rupiah itu saya sedekahkan lagi. Tulisan terakhir saya tentang games sedekah, pas saya dapat 50.000 rupiah kemudian saya keluarkan lagi uang tersebut. Itu terjadi awal Desember 2012.

Kalo merunut konsep di atas, otomatis, saya lagi nunggu datangnya 500.000 rupiah.



Dan Alloh mengotak-atik segalanya...

Belum sempat saya mendapat balasan dari Alloh uang sebesar 500.000 rupiah, akhir Desember 2012, saya dikenalkan dengan seorang akhwat.

Cantik.


Singkat cerita, akhir April 2013, saya sah agama-negara-lahir-batin menjadi suaminya.

Yang luar biasa, Alloh sekaligus mengganti infaq saya yang 50.000 rupiah menjadi 25 juta lebih.

Dan sesuai komitmen, bagian 500.000-nya saya sedekahkan.


Hikmahnya, tentu saja dari kejadian besar ini saya jadi makin cinta sama Alloh. Namun demikian, dalam mewujudkan keinginan setiap hambaNya, yang saya pahami, Alloh juga menyertakan proses. Seringkali prosesnya sulit. Tapi akhirnya, insya Alloh, ada senyuman-senyuman.

Kunci melewati masa-masa sulit adalah diam.

Terakhir, tentu saja saya juga menunggu datangnya balasan-balasan menakjubkan lainnya.

Wallohu'alam

#regards

Sabtu, 04 Mei 2013

Temukan kekuatan

Udah lama nggak ngepost. Dan selama itu pula, banyak hal yang terjadi di kehidupan saya. Tapi tenang, saya ceritain satu satu.

Namun sekarang, saya mau cerita satu hal yang menurut saya lumayan penting.

Well, saya mulai dari pertanyaan, pernah gak kamu ngerasa harus menemukan sebuah kekuatan yang menjadi ciri khas kamu? Iya. Kekuatan!

Saya udah lama mencari hal itu. Tetapi setiap saya mencari tau, saya malah ragu.

"Apa iya itu kekuatan saya?"


Suatu hari saya ngobrol bareng sepupu. Kita ngobrolin banyak hal. Puncaknya, kita ngebahas tentang mencari kekuatan diri.

" Coba lu tanya Anah aja." Anah adalah pacarnya. Seorang HRD di perusahaan kontraktor.

Seperti mendapat ilham, saya terdiam.

Kita menutup obrolan, segera menghubungi Anah.

Besoknya, saya dan Anah ketemuan.

Saya menjalani psikotes. Nggak lama. Cuma 10 menit.

Singkat cerita, dari hasil tes itu, dapat diketahui ternyata saya tipikal orang yang memiliki kemampuan linguistik dan sifat independent di atas rata-rata.

Artinya, saya seorang pembicara yang sulit bekerjasama. Itulah kekuatan saya.

Selanjutnya Anah ngasih penjelasan detil tentang orang-orang yang memiliki karakteristik tersebut.

Saya juga sempet cerita ke Anah, bahwa apa yang menjadi hasil psikotes itu, benar saya alami.

" Itu gue banget, Nah!" sahut saya yakin.

Ke depannya, pilihannya selalu dua: saya peduli dengan hasil tes itu atau saya abaikan. Tentu setiap pilihan mempunyai konsekuensi.

Well, dari sini saya belajar satu hal penting: Alangkah efektifnya bila seseorang, sebelum mengambil langkah lebih jauh, khususnya tentang karier, untuk mencari tau dulu apa yang menjadi kekuatannya.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan kita. Salah satunya dengan psikotes.


Mengapa saya pikir saya harus tahu kekuatan saya dulu baru melangkah?

Well, karena semua ini berkaitan dengan waktu hidup manusia yang sebentar. Nah, dari waktu pendek yang saya miliki ini, apa iya saya mau bergelut dengan hal-hal yang tidak saya kuasai? Kalau memang dengan memaksimalkan kekuatan saya bisa sukses besar, mengapa tidak saya lakukan?

Wallohu'alam.

#regards

Selasa, 08 Januari 2013

Thinker Dell (2)

Seperti ulasan Thinker Dell (1), bahwa untuk menjadi yang terdepan tidak melulu harus memulai duluan (menjadi pioneer). Menurut Dell, sejarah jarang mencatat seseorang yang kaya raya mendapatkan semuanya dari ide orisinilnya. Justru sebaliknya. Mereka malah lebih senang meniru dan membuatnya nampak sempurna.

Bukan perusahaan Apple yang pertama kali menemukan inovasi apa yang disebut ipod saat ini. Sony-lah dengan walkman-nya sebagai cikal bakal ipod dan sejenisnya. Apple hanya mengemasnya menjadi lebih eksklusif dan manusiawi. Maka itu (mengemasnya jadi lebih baik) yang menjadikan perusahaan Apple kesohor.

Well, suatu hari saya pernah bergumam, " Nggak keren rasanya kalo besar dari produk luar."

Hari ini, saya menyesali gumaman itu.

Mencermati pemikiran simpel Dell, saya tergoda untuk memikirkan apa yang terjadi dengan orang terkaya di Indonesia. Saya sebut mereka adalah raja rokok Indonesia. Entah saat ini diperingkat berapa, yang pasti raja rokok Djarum dan Gudang Garam tidak pernah lepas dari posisi 5 besar.

Yap, bisnis mereka adalah rokok. Dan rokok bukanlah "barang" asli Indonesia! Saya googling asal muasal rokok, dan informasi yang tercantum di sana bahwa rokok berasal dari Amerika.

Kemudian saya mengingat Pizza Hut. Perusahaan waralaba asal Amerika ini tidak pernah lepas dari 10 besar waralaba paling menguntungkan di dunia. Yap! Bisnis perusahaan ini adalah Pizza, makanan asli Italia. Tapi lihat, yang berhasil mengembangkannya justru orang Amerika!

Fakta ini membuka mata dan pikiran saya. Bahwa bisnis apapun itu, pasti bisa besar di manapun ia didirikan.

Lihat Hoka-Hoka Bento. Perusahaan dengan nama dan masakan Jepang ternyata asli buatan orang Indonesia! Dan ia makin besar seiring berkembangnya zaman.

Atau lihat franchise dari Indonesia, kebab turki Baba Raffi. Membaca kisah pertama pendiriannya, ternyata diketahui bahwa Hendy Sentiono pernah makan kebab dari negara asalnya, Turki! Maka kemudian dia memiliki intuisi akan berkembang pesat di Indonesia.

See?

Semua pasti bisa besar. Asal di treatment.

Maka kalau begitu, bukan mustahil juga produk asli Indonesia bisa mendunia. Gado-gado, misalnya.


#regards

Senin, 07 Januari 2013

5 juta pertama (7)



Ini update proyek 5 juta pertama.

Setelah sebelum tanggal 29 Des 2012 saya sudah mengirim surat lamaran kerja beserta berkas-berkas ide, sampai dengan hari ini saya belum mendapat kabar. Penolakan sekalipun. Padahal saya tidak lupa menyertakan nomor telepon.

Rasanya seperti jauh panggang dari api.

Tapi saya tidak mau menyerah.

5 juta pertama harus saya dapatkan. Entah bagaimana caranya.

Well, updatenya segitu aja. Selebihnya saya mau cerita.

Jadi, pernah suatu hari teman saya, Fajar Pramudia, datang ke rumah. Sedikit tentang Fajar, teman SMA dan dia sekarang bekerja di salah satu perusahaan farmasi multinasional. Meskipun bukan berlatar mayor farmasi, sedikit banyak dia jadi ngerti tentang kesehatan. Kita ngobrolin tentang peran tubuh yang luar biasa.

Singkatnya, kata dia, sebenernya tubuh manusia diciptakan sudah dalam bentuk yang paling sempurna (kita ngomong yang berkaitan dengana kesehatan ya). Dia cerita tentang fungsi pancreas yang mengontrol kadar karbohidrat (gula) dalam darah sebagai penghasil energy, tentang empedu yang mengontrol kadar lemak, tentang antibody sel-T yang melawan sel-sel jahat, dll. yang boleh dikatakan sebagai modal manusia dilahirkan ke dunia.

Kalo dipikir-pikir sih, sebenarnya saya udah tahu fungsi organ yang tadi disebut. Tapi entah mengapa, bila itu didiskusikan, rasanya lebih ngena ketimbang lewat belajar biologi. Karena kitanya jadi sama-sama merenung dan bersyukur.

Selain hal itu, ada lagi yang kita diskusikan yaitu seputar goal manajemen.

Jujur saja, untuk urusan ini saya lebih senang mendengarkan. Sebab saya sendiri belum mendapat pola terbaik perihal goal manajemen.

Jadi menurutnya, saat kita punya goal yang jelas dan pasti, kita tidak perlu memikirkan prosesnya. Nikmati saja proses yang nantinya berjalan. Atau lebih ekstrim lagi, jangan pikirin prosesnya.

Contoh deh. Saya punya goal tahun 2013 menikah dengan si calon. Udah. Itu aja yang mesti saya pikirin. Jangan mikirin bagaimana-bagaimananya. Soalnya, kata Fajar, kalo dipikirin malah pusing. Malah nggak akan jadi.

Dan itu terbukti.

Hari jumat tgl 4 Jan 2013 tiba-tiba saja saya diminta tolong untuk menjadi MC pada sebuah acara sekelas Rukun Warga. Sebenernya pengen banget nolak. Tapi berhubung sekarang sudah ter-upgrade mentalnya, saya iyakan.

Acaranya hari Minggu 6 Jan 2013.

Saya ingin coba goal manajemen ala Fajar ini.

Maka, selama dua hari saya sama sekali tidak memikirkan acara tanggal 6 jan tersebut. Saya hanya menanyakan hal yang penting-penting dari acaranya saja. Setelah itu saya tulis poin-poin yang akan saya sampaikan dan lupakan segera.

Pas hari H, saya tidak pernah merasa se-enjoy hari itu saat nge-MC!
Meskipun ada beberapa kesalahan, tapi semua dapat dilalui dengan sangat baik. Saya pun merasa tamu menjadi sangat nyaman.

Well, saya mulai menganalisa perbedaan metode Fajar dan yang biasa saya lakukan:

Yang biasa saya lakukan sebelum melakukan sesuatu (apapun itu) adalah memikirkan hal terburuk. Maksud hati sih ingin membuat semacam plan B gitu. Jadi nggak kaget kalau-kalau hal terburuk itu datang. Tapi akibatnya saya jadi tegang, nervous, dan pucat. Gimana ya kalo pembicaranya nggak datang? Atau bagaimana ya kalo tamunya bete. Dsb.

Sedangkan goal manajemen ala Fajar cukup memikirkan garis besarnya saja. Prosesnya, Lillahi ta’ala. Metode Fajar mengajarkan untuk menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa. Kita hanya perlu yakin, bahwa apa yang menjadi goal kita akan terwujud. Akibatnya, kita nggak pusing duluan. Kalau goalnya tidak kesampaian, ya sudah. Setidaknya nggak pusing.

Dan hasilnya keren, Jar. Thanks!

So, metode Fajar ini sejatinya akan saya pakai untuk proyek 5 juta pertama dan proyek-proyek lainnya.

Cukup pikirin yang utama, tulis poin-poinnya, dan segera lupakan.


#regards