Kenalin. Gue, Mochamad
Fiqih Fahlevi. Sedari SD sampai ngetik tengkurep sekarang ini masih setia memakai
nama itu. Karena ada lho, temen SMP gue yang ganti nama. Gaya bener.
Anyway, diciptakan nama
panggilan tentu untuk meringkas nama orang-orang yang ter-eja panjang. Seperti
gue, misalnya. Gak mungkin kan pas kita ketemu nanti elu manggil gue dari jauh,
“Oi, Mochamad Fiqih Fahlevi!”. Kepanjangan. Apalagi itu dengan tanda seru. Yang
mana artinya elu manggil gue dengan setengah teriak, teriak, atau teriak setengah mati. Maka boleh dibayangkan kalo sikonnya: jarak antara kita 100 meter dan
gue budek. So, untuk memudahkan, cukup panggil gue Fiqih. Semisal gue budek
pun, elu gak perlu susah payah manggil gue.
Kelahiran Jakarta.
Tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Bukan di kebun binatang Ragunan. Melainkan
di Pasar Minggu.
Lanjut...
Karena gue gak se-eksentrik Fesbukers yang nulis tanggal lahir aja diumpet-umpetin, terutama tahunnya, di sini gue dengan senang hati akan me-reveal tanggal lahir gue PLUS TAHUNNYA. 15 November 1987.
Karena gue gak se-eksentrik Fesbukers yang nulis tanggal lahir aja diumpet-umpetin, terutama tahunnya, di sini gue dengan senang hati akan me-reveal tanggal lahir gue PLUS TAHUNNYA. 15 November 1987.
Tahun ini (2012) praktis usia
gue 25. Dengan nasib beda jauh dari Fabregas atau Messi tentunya.
Kemudian tinggi badan.
Mengapa hal ini penting gue kasih tahu, karena gue ingin menyelamatkan
kehormatan orang tua gue. Demi Tuhan, mereka selalu ngasih makan yang enak-enak
dan bergizi. Bukan ragi.
Well, tinggi gue sebagai
cowok Asia, sebagai cowok Indonesia, yaaa, cukuplah. Kan cowok Asia nggak kayak
cowok Eropa. Enggak kayak cowok Amerika. Cowok asiiii… ah sudahlah, 163cm!
Berkacamata. Lagi nyoba
frame kotak-sedang. Ini untuk menyamarkan pipi gue yang menggemuk. Minus 3. Dan
gue selalu berdoa untuk tidak nambah lagi. Karena kalo kata @blogdokter, mata
minus itu tidak akan berkurang kecuali dengan operasi lasik. Makan wortel?? Ah, lupakan… kata @blogdokter itu gak ngefek (tweet itu sampe gue jadiin fav).
Iseng-iseng googling karakter
manusia…
Suka-gak suka, dari 4
karakter manusia, gue terdeteksi sebagai melankolis. Ciri menonjol melankolis,
yang gue inget, itu tipikal perfectsionist. Artinya, gue perfectsionist.
Yang cenderung penakut.
Orang perfectsionist biasanya serius. Dan yeah, gue serius. Apakah gue bisa ngelucu, kagak bisa!
“ Yud,” kata gue ke Yudi, dengan nada dan tatapan
serius. Yudi mendekatkan telinganya. “ itu di rambut lo ada anak kelabang.”
Gue juga merasa sebagai
pemerhati. Gue lebih senang memperhatikan apa yang gue lihat ketimbang
sekedar melihat. Kalo di buku Sherlock Holmes dikatakan, berbeda antara melihat
dan memperhatikan. Memperhatikan itu lebih spesifik dan dalam.
Kalo misalkan gue ketemu
cewek hanya melihat saja, gue tidak mendapatkan kesan dia. Lain hal kalo
gue memperhatikan dia. Mungkin gue akan menemukan; oh, belahan rambutnya
ke samping kiri; oh, kalungnya perak berinisial K; oh, di kerahnya ada noda
coklat; oh, sepatunya Kickers hak sedang; dll.
Kebiasaan itu sudah gue rasakan sejak kecil. Awalnya gue takut itu suatu kelainan. Tapi sekarang gue mensyukuri.
Banyak teman bilang, gue takutan.
Well, gue merasakan. Tapi ada alasannya. Dan akan gue jelaskan.
Memang, kekhawatiran jadi sifat gue. Padahal gue nggak ngeganja. Mungkin karena turunan dari melankolis itu.
Tipikal orang melankolis itu senang
punya landasan kuat. Punya akar kuat. Punya pijakan yang kuat. Punya alasan
kuat. Karena bila suatu saat angin topan datang, yakin gue, si melankolis mampu bertahan.
So, alasan yang buat gue jadi takutan yaitu bilamana gue belum memiliki landasan/alasan kuat untuk memulai/melakukan sesuatu.
Itu karena apapun yang gue
kerjakan, gue ingin sempurna.
Konsep sempurnanya gue: kepuasan
batin gue. Jadi bukan semata-mata apa kata orang.
Gue juga seneng menulis,
bercerita, membaca, memperhatikan yang unik-unik, dan selalu antusias belajar
dunia literatur.
Sekarang gue lagi sibuk bantuin temen
ngembangin usaha franchise Pizza Rakyat. Ada beberapa cabang yang mesti gue kelola.
Beberapa cabang adalah gambaran pusingnya ngurus itu semua. Tapi sejujurnya,
seru. Banyak belajar konsep manajemen sederhana dan kepemimpinan. Dan dari
keduanya itu, gue mendapatkan ilmu baru: manajemen merawat cambang dan kumis
agar tampak berwibawa.
O, ya. Gue juga pemalu.
Oookay, itu aja yang dapat
gue suguhin tentang diri gue.
Jauh dari sempurna?? Ah sudahlah.
Apa?! Menurut kamu sempurna?! Ngeledek!
Jauh dari sempurna?? Ah sudahlah.
Apa?! Menurut kamu sempurna?! Ngeledek!