Sabtu, 10 November 2012

Tentang Blog Ini


Berawal dari suka baca

SMP, gue berkenalan dengan seorang teman. Dari penampilannya, dia anak pinter.
Setelah perkenalan memasuki tahap akrab, gue baru tahu kalau ternyata dia anggota OSIS. Jadi gue mengerti kenapa dia pinter.

Status dia sebagai anak pintar, gue perhatiin dia senang baca buku. Mulai dari komik, majalah game, Zig Ziglar, Maxwell, dan banyak lagi buku yang untuk nulis nama penulisnya aja gue bingung.

Dan dia mulai menyebarkan epideminya.

“ Fiq, lo baca nih. The Art of War-nya Sun Tzu.”

Di lain kesempatan

“ Fiq, Anekdot orang-orang besar. J. Maurus.”

“ Elo mesti baca bukunya Maxwell, Fiq.”

“ Ini keren, Fiq.” dia nyodorin sebuah buku tebal. “ Bagaimana unta bertahan di tengah badai pasir!” buku filosofis bombastis, pikir gue. Yang mana mungkin secara biologis dia mengira gue dan unta dalam genus yang sama.

Akhirnya, semua buku yang tiap pekan dia sodorin ke gue, gue terima dengan mikir: Oh come on, kita masih kelas 2 SMP, Sob. Masih seneng-senengnya main bola pas pulang sekolah. Masih seneng-senengnya main PS. Masih seneng-senengnya bikin surat cinta buat temen cewek. Tapi lo kok malah bergaul sama buku-buku aneh begini. Kalau mau juga jangan buku-buku berat begini. Yang ringan-ringan aja. Lupus, misalnya. Lagian siapa juga yang pengen perang sampe-sampe baca buku strategi perang Sun Tzu. Kecuali kita seneng tawuran. Lha ini, dipalak aja langsung kita kasih. Ongkos bajaj kita.


A short story, gue jadi suka baca. Karena dia.


Blog-blog awal
Dari suka baca inilah, gue jadi ingin nulis sesuatu. Gue pikir, blog adalah media paling tepat.

Gue memutuskan untuk masuk di blogspot.com. Karena ini yang pertama kali ada di otak gue dan cukup mudah ngebuatnya selain gratis.

Blog pertama gue judulnya: Landak De Milo. Isinya cerita fiksi karangan gue tanpa teknik menulis. Hanya modal inspirasi. Berakhir dengan tidak diteruskan di tengah cerita dan gue males berimajinasi. Akhirnya gue lupa passwordnya. Cakeeep.

Blog kedua, judulnya: kolom Lev. Isinya tentang segala 'isi kepala' gue. Yang mana setelah lama nggak gue baca dan gue baca setelah tidur 9 abad, kok rasanya nyebelin. Sotoy tingkat tinggi. But hey, dari blog kedua ini tulisannya mulai rada bagus. Singkat, padat. Cuman pemilihan diksinya aja yang keliatan sok hebat. Berakhir dengan: lagi-lagi males buka dan lupa pass-nya.

Bikin baru lagi...

Blog ketiga, gue buat di catatan Facebook atas nama Fiqih Fahlevi. Isinya lebih banyak dan panjang-panjang. Menceritakan pengalaman gue. Motivasinya pengen banget nerbitin buku. Berakhir tragis dengan gue men-deactivated akun gue itu. Alasannya karena hasil print out tulisan gue yang gue kirim ke penerbit dipulangin.



Blog sebagai lab menulis
Gue meyakini, blog merupakan lab bagi mereka yang senang menulis. Atau senang bercerita. Atau senang membaca. Bagaimana tidak, mereka dapat mengekspresikan/menemukan tulisan-tulisan ke/dari media yang semua orang bisa lihat. Blog seperti papan tulis di mana ruang kelasnya bumi.

Mau tau resep cah kangkung? Ada aja orang yang menulis resep cah kangkung lezat. Mau tau teknik menulis biar oke? Banyak juga orang yang memiliki artikel tersebut di blognya. Mau apalagi? Walktrough game? Ada! Cheat? Ada juga. Hampir semua pembahasan sisi kehidupan ada.

Oleh karena itulah gue ingin nge-blog.

Ada banyak blog yang lumayan jadi favorit gue karena enak dibaca. Seperti: suamigila.com; solehsolihun.blogspot.com; alandakariza.com; radityadika.com; dan masih banyak lagi yang lain.



Harapan ini menjadi blog yang terakhir
Terakhir, setelah lama bertualang mencari gaya nulis, pada blog inilah gue merasa gaya menulis gue keluar orisinil. Enggak ikut-ikutan orang lain lagi. Nggak ikut-ikutan gaya nulisnya Hilman Hariwijaya (Lupus’s series) lagi. Enggak ikut-ikut gaya nulis Raditya Dika lagi. Karena, itu yang justru bikin enak dibaca dan berbeda dari blog-blog yang sudah ada.


Sewaktu kecil, gue ngaji TPA. Di sana diajarkan baca-tulis Al-Quran. Juga dikenalkan 99 Asma’ul husna (nama-nama baik Alloh SWT). Di antara 99 nama indah itu, salah satunya adalah Alloh Maha Kekal.

Saat gue beranjak dewasa, di acara 165 ESQ way, dikatakan oleh Dr (HC). Ary Ginanjar Agustian bahwa ruh yang ditiupkan Alloh SWT ke dalam diri setiap insan mengandung potensi sifat-sifat ketuhanan. Sebut, Maha Pengasih, artinya kita memiliki potensi untuk saling mengasihi. Mendermakan harta terbaik kita. Maha penyayang, artinya sesama manusia harus saling hormat dan menyayangi. Tapi bagaimana dengan Maha Kekal?!

Sekarang gue menyadari. Kita pun punya potensi untuk itu. Maha Kekal mengajarkan kita untuk terus berprestasi agar nama kita Kekal.

Menulis (boleh jadi) merupakan proses menuju keabadian. Fisik manusia pasti mati, tapi tulisan kita tidak akan pernah mati.

So, itulah kesimpulan blog ini. Tujuan utamanya adalah harapan membuat gue abadi.

regards :)