Senin, 24 Desember 2012

5 juta pertama (6)

Desember 2012 memang bulan penuh kejutan buat saya. Tentu bukan isu kiamat yang saya maksud. Melainkan tentang sebuah hal yang mampu merubah peta rencana hidup saya.

Pada bulan ini saya dikenalkan seorang akhwat oleh teman ngaji saya. Bingung ya? Hheee. Intinya, saya lagi proses sama akhwat. Proses dengan akhwatnya sendiri alhamdulillah sejauh ini tidak ada masalah. Namun yang jadi masalah adalah mengetahui saya sedang proses, bapak lebih menginginkan saya kerja ketimbang usaha. Karena bapak menilai, kerja lebih jelas.

" Kalau mau nikah, ya cari kerja dulu!" begitu yang bapak utarakan. Saya diam.

Kerja vs usaha
Selepas bapak bilang itu, saya terus kepikiran lalu timbul pertanyaan, " Apa bedanya kerja dengan usaha sekarang ini?"

Kalau mau fair, zaman sekarang, dari segi resiko justru kerja jauh lebih beresiko. Ambil contoh dari segi usia. Di atas 30 tahun, kalau kita masih begitu-begitu saja, tidak ada peningkatan kapasitas diri, kita akan terdepak oleh yang muda-muda. Dan di umur segitu, akan cukup sulit kalau mau pindah kerja. Itu baru dari segi usia. Coba cek pendapatan. UMP DKI Jakarta saat ini 2 jutaan (bener gitu?). Kalau masih tinggal sama orang tua, boleh lah ya saya kira cukup. Itu pun minim. Lha kalau udah berkeluarga? Akan muncul biaya ini-itu.

Di sisi lain, dalam usaha pun saya tidak menutup mata punya resiko yang tiba-tiba saja bisa membuat orang melarat. Tapi pendapatannya pun bisa jauh lebih gila dari sekelas manajer. Oleh sebab itu, usahawan harus bekerja lebih gila daripada pekerja. Apalagi yang baru merintis. Tidak semudah omongan pengusaha beken yang sering kita baca/dengar. Intinya, kerja kerasnya harus berkali lipat dari pekerja. Itu aja paling.

See? Itu baru pemaparan tanpa data. Jujur saja, saya malas mencari datanya. Wong setiap baca koran, yang muncul angka pengangguran terus. Itu artinya sudah sangat sesak segmen para pencari kerja. Dan yang mau bergerak di dunia usaha, takut capek. Susah kalo gitu.

Yang usaha juga sama. Semakin tidak menentunya keinginan konsumen, membuat sebuah usaha bisa saja hari ini buka, seminggu kemudian tutup. Sepi. Bangkrut.

Jadi, di mana letak "lebih jelasnya"?

Saya rasa pernyataan bapak agak keliru. Menurut saya, "lebih jelas" itu diciptakan oleh pribadi, bukan semata-mata diciptakan keadaan.

Yuk rame-rame kita jadi pekerja. Hayuk. Tapi yang punya kompetensi dong! Yang mau meng-upgrade diri. Jangan jadi pekerja yang stagnan gitu-gitu aja. Gimana perusahaan mau mempertahankan kita kalau kitanya tidak punya alasan untuk dipertahankan.

Yang mau jadi pengusaha, yuk jadi pengusaha. Merintis itu... masya Alloh beratnya. Kita akan berhadapan dengan berbagai ketidakpastian. Pokoknya, bener-bener dibutuhkan mental sekuat intan dan seluas surga. Oleh karena itu, upgrade lah diri kita. Jangan jadi pengusaha karbitan.

Nah, kalau sudah begitu, barulah kita layak mendapatkan yang terbaik.


Well, dari tadi nulis ngalor-ngidul ke mana-mana. Sekarang, kaitannya dengan project 5 juta pertama adalah saya akan mengubah polanya. Yang awalnya hanya project jualan ide, selanjutnya akan saya jadikan lampiran dalam surat lamaran pekerjaan.


Alasannya:
Pertama, saya ingin bapak senang melihat saya bekerja. Dengan itu insya Alloh bapak tidak keberatan kalau saya mau menikah.

Kedua, alasan saya buat project ini bukan semata-mata karena ingin mendapat uang. Melainkan juga ingin memberi masukan ke Pizza Rakyat supaya berbenah diri dan menjadi lebih hebat lagi.

Ketiga, toh saya akan tetap senang memasuki dunia kerja. Karena saya memilih bidang yang saya sukai, Marketing. Dan saya ingin sekali meluruskan kalau marketing itu bukan sales. Marketing jauh lebih luas lagi cakupannya. Justru sales yang masuk dalam marketing.


Terlepas dari itu...
Seperti yang saya ungkapkan, di kuadran manapun nantinya saya berkarier, intinya saya harus memiliki kompetensi. Jadi karyawan harus punya kompetensi (nilai jual), jadi pengusaha juga harus seperti itu.

Jadi, project 5 juta pertamanya?

Tetap dong.

Justru karena ke depannya saya tidak tahu akan ke mana dan ngapain (karena banyak sekali perubahan yang tiba-tiba dan di luar jangkauan saya), project ini harus tetap saya realisasikan. Entah dengan cara apa.


#regards